Senin, 18 Juli 2016

Bodo Kupat, Mulai Mengelupas



Bodo Kupat, Mulai Mengelupas

Hai Sob...

Suasana lebaran masih terasa hangat. Meski sudah beberapa hari yang lalu, aku mau mengucapkan

Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin

Masih menyangkut lebaran, di Juwana, Pati, Jawa Tengah, ada tradisi yang namanya bodo kupat (lebaran ketupat). Dalam tradisi ini, setiap keluarga (biasana yang memiliki anak kecil) akan membuat kupat dan ubo rampenya yang akan dibagi ke para tetangga. 

Karena setiap rumah membuat, bisa jadi dalam sehari kita bisa dapatkan kupat plus plus ini sebanyak 3 bahkan 5 paket, lengkap. Hehehe… bikin kenyang :D. Intinya, sih, kita harus banyak berbagi dengan orang lain. Toh berbagi itu terangkan hati. Dengan berbagi, insyaallah kita dapatkan rejeki berlebih. Begitu filosofis singkat dari makna bodo kupat ini.

Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada H+2 sampai H+7 lebaran. Tinggal pilih, kapan kita mau bikin kupat dan ubo rampe untuk di bagi ke sanak keluarga dan para tetangga.

Nah, kemarin waktu di Juwana, Pati, Jawa Tengah, kita juga tak lupa merayakan tradisi bodo kupat ini. Apa saja sih yang musti disiapkan? Kita intip, yuk:


         Ketupat

Ketupat  

 
Lontong

Namanya saja bodo kupat, paling afdol ya ketupatnya. Gara-gara banyak orang membuat ketupat, harga janur melonjak tinggi. H+5 lebaran, harga 100 buah janur sudah mecapai Rp.50.000,-. Eh, hari berikutnya sudah melonjak Rp.90.000,-. Padahal tahun kemarin 100 buah janur hanya Rp.17.000,-.  

Wih, ngeri ya lonjakannya, bikin emak-emak makin rempong saja. Kita juga harus bikin lompong ketupatnya. Banyak juga yang sudah dijual jadi. Tapi lebih asyik  kalau kita bikin sendiri, biar nggak lupa seni bikin ketupat. Ketupat ini direbus kurang lebih 5 jam, biar enak dan tanak. Selain ketupat ada juga yang bikin lontong. Biasanya diberikan khusus untuk saudara dekat.

          Lepet

Lepet

Sobat tahu lepet? Hem, belum tahu? Nih kuterangin ya, lepet terbuat dari beras ketan yang direndam sehari semalam, dicampur dengan parutan kelapa dan ditambah garam. Kemudian dibungkus dengan janur yang ditali bambu. Membungkusnya, Sob, hadwehhh, musti latihan bertahun-tahun. Hihihi, secara bodo kupat kan setahun sekali tiap lebaran gitu lho. Pokoknya butuh latihan beberapa kali untuk menghasilkan lepet yang rapi. Aku merasakan sendiri, betapa susahnya membungkus lepet ini. Adonan lepetnya sih mudah bikinnya, membungkusnya pakai janur yang sulit, Sob #bener, nggak bohong!

     Sambal goreng tahu tempe

Sambal goreng tahu tempe
 
Ini seperti sayur pada umumnya. Tahu dan tempe diiris kecil. Ada juga yang diberi telur bahkan daging ayam. Bumbunya juga mudah, bawang putih, bawang merah, cabai, garam, gula dan kemiri. Oh ya jangan lupa dikasih udang sejumput ya saat menumis bumbunya. Soalnya udang ini yang bikin sedap nantinya. Setelah semua bahan dimasukkan, kasih santan yang kental, biar masakannya tambah gurih dan enak. Setelah mtang, sambal goreng tahu tempe dibungkus dalam plastic-plastik kecil. 

Dibungkus yang rapi, sebelum diantar ke tetangga dan sanak saudara
Kalau sudah siap semuanya, bagi ketiga jenis makanan itu jadi beberapa paket kecil. Satu paket dalam bodo kupat yang dibagi ke tetangga berisi:

-       1 buah ketupat (bisa juga ditambah lontong).
-       2 buah lepet.
-       Seplastik sambal goreng tahu tempe (bisa ditambah telur dan daging ayam).

Sepaket ini yang langsung cuzz ke tetangga dan sanak saudara

 Sudah beres semuanya? Langsung deh cuss ke para tetangga. Eh, anak-anak paling suka diminta mengantar paket bodo kupat ini ke para tetangga.

Meskipun capek bikinnya dan butuh waktu seharian, tapi bodo kupat selalu menyenangkan. Karena kita bisa berbagi dengan para tetangga dan sanak saudara.

Tapi tahun ini, bodo kupat mulai mengelupas. Nggak seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya satu dua keluarga yang melaksanakan tradisi ini. Akupun tak tahu kenapa, mungkin harus kutanya dulu pada rumput yang bergoyang :D. Atau, jangan-jangan karena harga janur yang menjulang? Entahlah, Sob…

Bagaimanapaun juga, semoga tradisi ini di kemudian hari marak lagi dan makin mengajarkan kita berapa menyenangkan berbagi dengan orang lain. Salam sayang!

6 komentar:

  1. Aku nggak setiap tahun bikin ketupat dan lepet, mbak Wahyu. Lihat sikon aja, nggak karena harga janur yang muahalll. Eh, itu harganya fantastis ya, tapi kan setahun sekali. Gpp deh, biar kebagian berkah lebaran juga penjualnya, hehe

    BalasHapus
  2. Hihihi, iya Mbak. Mbak Wati juga sering bikin lepet?

    BalasHapus
  3. Itu semua makanan khas lebaran ?
    ko unik unik ya ,,
    disini aku jarang nemuain makanan kayak gitu, aku BT gabung sama masyarakat modern.

    BalasHapus
  4. Tradisi lebarannya unik mba. Bisa banyak stok ketupat itu 😆

    BalasHapus
  5. Tradisi lebarannya unik mba. Bisa banyak stok ketupat itu 😆

    BalasHapus
  6. Eh busyet naik nya gila2an dari 17 rebu ke 100 rebu dalam waktu 1 tahun doang

    BalasHapus